Sabtu, 07 April 2012

Borobudur dan Cinta yang Tak Berujung


Kata Borobudur mungkin sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Akan tetapi, masih banyak penduduk Indonesia yang belum mengetahui lebih banyak tentang candi Buddha peninggalan sejarah ini.  Candi yang pernah masuk dalam 7 keajaiban dunia ini, menyimpan banyak cerita yang tentunya memancing rasa penasaran kita untuk menelusurinya lebih jauh lagi. Selain keindahannya, ada pun beberapa pertanyaan mengenai apa, dimana, dan bagaimana akses menuju Borobudur sering muncul dibenak kita yang ingin memenuhi rasa penasaran terhadap candi yang terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah ini.

 


Ini sebuah kisah yang dikembangkan dari pengalaman pribadi, yang kurangkai menjadi cerita cinta terhadap alam. Bermula saat  masih duduk dibangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Saat itu muncul rasa yang sebelumnnya tidak pernah terfikirkan ketika gerak mata mulai melihat keajaiban dunia yang terpampang pada atlas yang dibagikan ibu guru. Tidak lain dan tidak bukan adalah Borobudur yang menjadi target utama mata memandang. “Kok bisa di jaman yang terlampau dulu, ada bangunan megah di Indonesia” tanyaku dalam hati. Itulah pemikiran bocah SD yang terbilang masih awam. Ingin rasannya segera habiskan waktu di lokasi Borobudur. Tapi sayang,  lokasiku sangat jauh di ujung barat pulau Flores tepatnnya di kota Bajawa NTT. Dan saat itu, inginku hanya terpendam menjadi sebuah cita-cita.

Waktu terus bergulir. Rasa penasaran itu  terbawa hingga taraf pendidikanku naik menjadi seorang mahasiswa. Itulah salah satu alasan mengapa kini aku berkuliah disalah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Akses dari kota wisata Yogyakarta menuju Borobudur terbilang dekat. Sekitar 40 Km ke arah barat laut, kita sudah sampai ke situs yang telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu peninggalan sejarah terbaik di dunia ini.  Akses lain yaitu sekitar 100 km sebelah barat daya kota Semarang, Jawa tengah. Akses ini dapat ditempuh menggunakan bis umum, bis wisata, atau pun kendaraan pribadi mobil dan motor.

Sebagai tempat wisata yang kini menjadi salah satu target utama para wisatawan, lokasi borobudur pun terus berkemas diri dengan pelayanan terhadap wisatawan. Terdapat hotel/penginapan, rumah makan/restoran. Maka dari itu, banyak agen wisata yang menawarkan paket wisata Yogyakarta sekaligus menuju situs ini.

 
Kecintaan mulai tidak terbendung, ketika langkah kaki ini mulai mengarah ke candi Borobudur. Perjalanan yang singkat, sekitar satu setengah jam membawa diri berpadu dengan kekangguman arsitek dan tekstur bangunan yang berdiri kokoh dan rapi. Walaupun terik panas menyengat kulit, itu tidak menghalangiku untuk berputar mengamati setiap sudut candi. Apalagi, pihak pengelola memberikan sehelai kain batik untuk dilingkarkan dipinggang dan digunakan saat berkunjung di area candi. Sungguh itu membatku hanyut bersama megahnya candi ini. Bagi yang takut panas tidak perlu khawatir,  disini juga tersedia jasa penyewaan payung yang bisa dipakai saat berada di area candi. 

Bangunan ini  sungguh mempesona, dan sukar dibayangkan bahwa bangunan ini hanyalah batuan yang dipahat dan kemudian disusun menjadi 10 tingkat. Stupa yang berjejer di sekelilingnnya menambah cantiknnya candi. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik terhadap rasa penasaranku yang ingin secara langsung melihat karya menakjubkan manusia jaman dulu. Dan akhirnnya terobati juga rasa penasaranku ini.

Candi ini mempunyai cerita Buddha yang dituangkan diatas pahatan batu di sepanjang dindingnya. Dan akan terbaca, bila kita berjalan searah jarum jam melalui arah kiri pintu masuk  candi. Dari atas candi dapat terlihat pula kehidupan pedesaan yang sangat menyatu dengan alam. Sawah terpampang luas, rumah warga berderet serta aktifitas warga yang mayoritasnya adalah petani menambah keasrian lingkungan pedesaan. Dan bisa dibayangkan juga, aktifitas warga saat candi ini didirikan. 

Kesempatan untuk mengabadikan moment ini pun tidak terlewatkan. Banyak diantara wisatawan yang membawa kamera untuk  foto-foto berlatarkan kemegahan candi. Bagi yang tidak membawa kamera tidak perlu takut melewati kesempatan mengabadikan moment ini, pasalnnya di sekitar candi juga terdapat orang-orang yang bekerja sebagai fotografer yang selalu siap memenuhi permintaan pengunjung. Sungguh menakjubkan, kecintaanku kian bertambah seraya menyentuh dan memperhatikan secara detail pahatan batu-batu ini. Sehingga aku berfikir, memang bukan hal yang baru lagi bila banyak orang bermimpi dan manjadikan Borobudur sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi.

Tidak hanya menyimpan pesonannya, lingkungan candi Borobudur juga memiliki masyarakat yang sangat kreatif. Wisatawan yang ingin membawa cendera mata atau oleh-oleh dapat membelinya kepada penjual yang ada di sekitar jalan keluar candi Borobudur. Cendera mata yang dijual diantarannya : miniatur candi, tas, gantungan kunci, gelang, sendal serta pakaian yang bertuliskan dan menggambarkan candi Borobudur serta berbagai kerajinan tangan lainnya yang menggoda mata dan kantong untuk memilikinnya. Tentunnya dengan harga yang terjangkau. Apalagi kalau pintar menawar, bisa dapatkan lebih banyak kenang-kenangan dengan biaya yang sedikit.

Senja kian tiba, roda waktu yang berputar membawaku untuk mengakhiri wisata cinta terhadap kemegahan dan pesona candi Borobudur. Saatnnya untuk kembali ke Yogyakarta. Walaupun waktu kian bertambah, keindahan yang menghadirkan cinta tetap melekat pada salah satu aset bangsa ini. Hingga tidak ada batas waktu, yang membatasinya untuk dikenang. (ZA)

Naskah Oleh :

Zulkarnain Achmad
muja-muju UH II/989 Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar