Kamis, 23 Agustus 2012

Kali Pagat, Batu Banawa Barabai Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan


Hai perkenalan nama saya Puji Astuti, panggil saja Puji. Saya 27 tahun sudah menikah & mempunyai 2 orang anak. Review tempat wisata yang mau saya ceritakan adalah  Kali Pagat Batu Benawa yang ada di kota saya sendiri Banjarmasin, tepatnya di Barabai Hulu Sungai Tengah.
Perjalanan dari kota Banjarmasin menuju barabai  adalah 165km kalau mengendarai mobil atau sepeda motor sekitar empat Jam. Perjalan empat jam tersebut tentu saja cukup menyita waktu, jadi biar sampai di kota barabai tidak terlalu siang saya dan keluarga berangkat pagi-pagi sekali sekitar jam 07.00 wita dengan perhitungan sampai disana sekitar jam 11.00 siang. Karena saya & keluarga bermaksud untuk singgah sebentar di Kandangan, sekedar untuk sarapan pagi. Kenapa di Kandangan karena di kota ini sangat terkenal sekali dengan kulinernya yang khas & sedap yaitu ketupat Kandangan, nanti saya juga akan mereview tentang kota Kandangan dengan kuliner khasnya ketupat Kandangan.
Dari Banjarmasin ke barabai banyak sekali kota-kota yg dilewati, pertama kota Banjarbaru, dan kota Martapura yang terkenal dengan kota permatanya disebut juga kota Serambi Mekah. Mungkin karena kereligiusan kota ini sebutan Serambi Mekah melekat kental disana. Saya suka sekali singgah ataupun hanya sekedar melewati kota martapura, karena di kota ini  banyak sekali dijual jajanan kue khas banjarmasin yang terkenal dengan 41 macam kue khas nya, banyak sekali ? yah memang inilah khas nya kota saya
kapan-kapan kalau anda ke Banjarmasin jangan lupa untuk ke Martapura. Selain itu jangan lewatkan untuk berburu perhiasan permata yang banyak sekali di jual di Pasar Martapura, murah & cantik tentu saja tinggal sediakan kocek yang banyak karena anda pasti ngiler kalau sudah berada di Pasar Martapura. 


Melewati kota Martapura perasaan yang saya rasakan adalah ketenangan karena kereligiusan kotanya, sepanjang jalan yang saya lewati banyak sekali anak-anak santri yang berbaju muslim (taluk belanga) dengan memakai sarung dan peci (kupiah) mereka adalah anak-anak pesantren yang mondok disana. Ya, di Martapura terkenal juga dengan pondok pesantrennya. Saya suka mengamati aktivitas mereka, ada yang menuju sekolah dengan kitab ditangan , ada yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya, ada juga yang sedang asik  menjemur pakaian. Terus saja disepanjang jalan Martapura nanti akan terlihat kios-kios yang menjual alat musik khas gendang  untuk Rebana/Qasidah dari yang kecil sampai dengan yang paling besar, gendang rebana ini berbentuk bundar dan pipih, terbuat dari kayu yang di bubut dan salah satu sisinya dilapisi kulit kambing yang nantinya dipakai untuk menepuk dan akan mengeluarkan bunyi-bunyian yang khas dan indah untuk mengiringi alunan puji-pujian (shalawat) kepada Nabi Muhammad SAW. 

Satu Hal yang mistik dari kota Martapura, katanya setiap Ajian/hal-hal yang berbau gaib/Ilmu kebatinan yang bertolak belakang dari agama islam akan hancur/luntur apabila melewati kota Martapura. Wallahualam benar atau tidaknya, tapi banyak sekali kabar/cerita tentang hal tersebut. Inilah khas nya kota Martapura dengan keislamannya yang sangat kental.

Setelah Martapura, kota selanjutnya yang dilewati adalah Kabupaten Tapin atau kota Rantau, konon dahulu kota ini adalah tempat kesultanan Banjar dan Hindia belanda, dengan ketuaannya kota ini terkenal dengan datu-datu (orang tua zaman dahulu yang mempunyai kesaktian/ilmu gaib yang sangat tinggi diluar nalar manusia) seperti datu Niang Thalib, yang dengan kesaktiannya apabila beliau menghentakan kakinya maka orang-orang yang berada disekitarnya akan tersungkur ke tanah. Konon datu Niang Thalib masih hidup dan menjadi penguasa alam gaib didaerah tersebut. Datu Niang Thalib adalah murid dari datu Suban. Datu Suban adalah ahli ilmu tasawuf, Ilmu ma’rifat,  ilmu kebal (taguh) , ilmu kabariat, ilmu dapat berjalan diatas air, ilmu merubah wajah (bealih rupa), ilmu pandangan jauh, ilmu pengobatan, ilmu kecantikan, ilmu falakiah, ilmu tauhid dan ilmu firasat. Sehingga banyak sekali orang yang menuntut ilmu kepada beliau. 13 Datu yang sangat terkenal dalam budaya orang Banjar adalah datu Murkat, datu Taming Karsa, datu Niang thalib, datu Karipis, datu Ganun, datu Argih, datu Ungku, datu Labai Duliman, datu Harun, datu Arsanaya, datu Rangga, datu Galuh Diang Bulan, & datu Sanggul. 

Datu Suban dikenal sebagai Wali Allah yang memiliki Ilmu Kasyaf (ilmu yang bisa mengetahui suatu kejadian di balik hijab/ masa depan yang terkait dengan ibadah agama). Datu suban memiliki kitab Barencong (kitab tentang ajaran Tauhid/Ketuhanan) yang akhirnya diturunkan kepada muridnya yang terakhir Datu Sanggul (Abdussamad). Datu sanggul adalah  ulama yang aktif berdakwah di daerah bagian selatan Banjarmasin (Rantau dan sekitarnya), ia giat mengusahakan/memberi tiang-tiang kayu besi (kayu ulin) bagi orang-orang yang mendirikan masjid. Banyak sekali cerita tentang datu Sanggul yang paling terkenal adalah makam beliau yang sangat panjang dan berpindah-pindah sebelum akhirnya menetap di kampung Tatakan kota Tapin/Rantau.
Dari kota Tapin/Rantau akhirnya saya dan keluarga sampai juga di kota Kandangan, Kalau tidak salah Kandangan adalah kota asal dari bapak Hamzah Haz salah satu wakil dari presiden Republik Indonesia. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya saya dan keluarga sengaja singgah di Kandangan untuk sarapan pagi kuliner khas Ketupat Kandangan yang sangat terkenal. Ketupat kandangan adalan kudapan gurih yang terdiri dari ketupat kecil seperti ketupat lebaran yang dipotong segi tiga kemudian diberi kuah santan yang telah dimasak,  ditaburi bawang merah goreng dengan lauk ikan gabus (haruan) bakar, sate perut ikan gabus (haruan), atau telur itik rebus dilengkapi juga dengan sambal pedas yang segar dan sangat menggugah selera. Yang unik, aalah cara memakan ketupat kandangan yaitu tidak menggunakan sendok tetapi dengan memakai tangan, jadi ketupat tersebut dihancurkan dengan tangan sampai seperti nasi kemudian baru dimakan, sungguh nikmat sekali .

Selesai sarapan pagi perjalan diteruskan kembali sampai menuju kota Barabai, Alhamdulillah akhirnya sampai juga dikota ini, saya kangen dengan kota barabai karena kakek dan nenek saya (keluarga dari ibu) banyak tinggal di kota Barabai Pagat. Mobil langsung menuju kota Pagat tempat Objek wisata Kali Batu Benawa yang ingin kami datangi, jaraknya  sekitar 7km dari kota Barabai. Suasana perkampungan mulai terlihat dengan pegunungan meratus yang terbentang dan berdiri kokoh disampingnya, sungguh pemandangan yang luar biasa. 

Sampai di pagat Kami langsung menuju ke Kali Batu Benawa, biaya masuk kesana sekitar Rp.5.000,-/orang. Setelah masuk dari gerbang utama perjalan menuju kali besar ternyata tidak mudah saya dan keluarga harus berjalan menaiki & menuruni tangga yang lumayan panjang dan menguras tenaga untuk sampai di kali Batu Benawa. Saya baru ingat letak geografis yang berupa pegunungan sangat berpengaruh sekali, perjuangan saya dan keluarga akhirnya terbayar tuntas, bunyi gemuruh arus kali/sungai yang deras menyambut kami, udara dingin & segar mulai terasa. Saya dan keluarga tidak sabar untuk segera menceburkan diri ke kali yang airnya terlihat bening dan segar. Tetapi sebelumnya kami menyewa terpal terlebih dahulu untuk beristirahat dan menaruh barang-barang yang kami bawa.  Biasanya terpal sudah terpasang seperti atap rumah/tenda sehingga saya dan keluarga tidak perlu bersusah payah dan bisa langsung beristirahat dari perjalan 4 jam yang sangat panjang. Harga sewa terpal cukup murah sekitar Rp 15.000,- s/d Rp 20.000,- dan tidak berbatas jam.

Anak-anak langsung tidak sabar untuk segera mandi di kali/sungai. Untuk anak-anak yang tidak bisa berenang tidak perlu khawatir karena disini banyak disewakan ban untuk berenang sehingga saya tidak perlu khawatir lagi. Harga sewa ban berkisar antara Rp. 2.500,- s.d Rp.3.000,- di kali Batu Benawa terdapat sejumlah Objek seperti gua batu yang sangat besar, untuk menuju kesana bisa menggunakan rakit bambu atau jembatan bambu yang sudah disediakan disana. Asyik sekali saya menghayal seperti sedang rafting sekaligus berpetualang saat menaiki jembatan bambu. Sayangnya untuk melewati jembatan bambu saya dan keluarga harus membayar kembali. Semula saya merasa kecewa tetapi kata suami itu tidak salah karena masyarakat disana perlu merawat jembatan tersebut, maklumlah kali Batu Benawa sangat lebar.

Anak-anak asyik berenang dengan kakeknya dipinggir sungai, sedangkan saya dan suami memilih untuk berfoto diantara batu-batu sungai yang besar, air kali yang deras, dan diatas rakit-rakit bambu. Sebenarnya saya ingin sekali berenang ketengah tapi arus kali yang sangat deras cukup menciutkan nyali saya dan suami, belum apa-apa arus sungai sudah membuat tubuh saya tertarik cukup kuat, ngeri juga jadinya kalau saya sampai hanyut terbawa arus sungai yang dipenuhi batu-batu besar. Eksostis sih tapi berbahaya bagi yang tidak berpengalaman.

Capek berenang & mengelilingi objek wisata yang ada disana saya dan keluarga kembali beristirahat di terpal yang telah kami sewa sebelumnya, karena sudah sangat siang saya dan keluarga mulai merasa lapar. Kami mulai menyantap makan siang yang sebelumnya memang sudah kami siapkan dari rumah, selain itu ternyata disini banyak sekali dijual jagung muda rebus yang memang baru saja dipetik, jadi rasanya sangat manis dan enak. Harga jagung rebusnya hanya Rp.1000,-/biji, murah, enak dan kenyang membuat hati menjadi senang .

Puas disana akhirnya kami memutuskan untuk pulang kembali ke Banjarmasin, perjalan kembali keatas cukup menguras tenaga. Sampai diatas saya kembali membeli kacang kedelai rebus dan buah untuk cemilan saat pulang. Waktu itu mungkin sedang musim buah sawo karena banyak sekali pedagang yang menjual buah sawo disana, 10 biji sawo dijual dengan harga Rp. 6.000,- dan kacang kedelai rebus Rp. 1.500,-/ikat.

Perjalanan pulang cukup menyenangkan, tetapi anak-anak memilih untuk tidur karena kecapean. Di Kandangan saya dan keluarga kembali singgah sebentar untuk membeli kue dodol khas kandangan ada dodol kelapa, dll lucunya pedagang yang menjual dodol disepanjang jalan pasti mencantumkan dodol asli dalam kemasannya, sampai-sampai saya berceletuk andaikan saja ada dodol palsu di Kandangan saya bersedia untuk membeli. Sampai di Banjarmasin hari sudah malam sekitar jam 20.00 wita. Capek tapi sangat berkesan untuk saya dan keluarga, karena tidak bisa setiap saat saya dan keluarga bisa kesana. Demikian road of vacation saya ke Kali Batu Benawa Pagat Barabai, cukup menguras tenaga tetapi juga merefresh pikiran yang jenuh karena kesibukan bekerja. Mudah-mudahan lain kali bisa ke Barabai lagi.


Naskah Oleh :

Puji Astuti
Jahri Saleh, komp wirayudha rt 25 no 23 Banjarmasin, Kalimantan selatan, 70123

Ironggholo dan Dholo Air Terjun Nan Apik


Pernah main ke Kediri? Kediri yang terkenal dengan sebutan kota tahu yang sudah familiar banget dengan rokoknya Gudang Garam dan tugu Simpang Lima Gumul sebagai ikonnya yang megah berdiri ternyata juga punya tempat-tempat wisata yang menarik buat dikunjungi loh. 


Salah satunya adalah wisata air terjun. Kalau tetangga, Nganjuk punya Sedudo dan Malang punya Coban Rondo yang sudah populer duluan maka Kediri pun juga punya dua wisata air terjun andalan, yaitu Ironggolo dan Dholo.

Dua wisata air terjun ini terletak di wilayah kecamatan Semen, Kabupaten Kediri atau penduduk sekitar biasa sebut Besuki, kurang lebih 20 km dari alun-alun kota atau sekitar 40 menit perjalanan. Nah, buat temen-temen atau keluarga yang ingin berlibur, daerah wisata dua air terjun ini berhawa dingin karena memang terletak di dataran tinggi Gunung Wilis.

Untuk menuju tempat wisata ini dapat melalui dua jalur, bisa dari Desa Mojo atau bisa juga dari Terminal Baru Tamanan Kediri. Bila temen-temen melalui terminal, searah juga dengan jalan menuju Gereja besar Puhsarang. Namun kedua jalur ini kesemuanya menawarkan pemandangan pegunungan yang indah. 

Dua air terjun ini berlokasi diberbeda tempat. Dari Air terjun Ironggolo masih harus naik menempuh 5 km lagi untuk menuju Air terjun Dholo. Namun sayangnya, belum ada tranportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju tempat wisata ini. Jadi untuk mempermudah lebih baik temen-temen membawa kendaraan pribadi. Harga tiket masuk sebesar Rp 3.000,- untuk kendaraan yang digunakan motor Rp 1.000,- dan mobil Rp 2.000,-. Ini belum termasuk karcis parkir loh tapi cukup murah kan? Hehe. 

Pengalaman paling menarik yang biasa pengunjung dapatkan adalah ketika kembali dari sumber air terjun Dholo. karena untuk menuju air terjun, pengunjung menuruni anak tangga terlebih dahulu. Jadi kalau mau balik pulang kan harus naik sebanyak sekitar seratus anak tangga. Di dekat air terjun Ironggolo juga ditemukan lagi air terjun Parijoto. Namun untuk akses kesana masih sulit dan harus ditempuh dengan jalan kaki. Bila temen-temen ada yang ingin melihat air terjun tersebut, ada petugas yang siap memandu dan menunjukkan jalannya tapi harus secara rombongan. Jadi kalau ke Kota Tahu jangan sampai melewatkan guyuran air terjun Dholo dan Ironggolo ya.

Naskah Oleh :


Rahma Andis Kurniawan
Jl P. Kemerdekaan 215 Kediri 64127